Halaman

    Social Items


Kita sering tidak sadar bahwa sewaktu-waktu jiwa kita terpisah dari tubuh kita; kita berjalan dengan hati dan pikiran yang hampa; tidak tentu apa yang kita tuju; melangkah dengan keresahan dan kebingungan. Sehingga, apa pun yang kita lakukan seperti tidak ada gunanya. Hal terburuk yang mungkin saja terjadi jika kita terus berada dalam kondisi tersebut adalah gila, jika tidak, mungkin ingin segera mengakhiri hidup.

Tak terkecuali dengan mahasiswa. Banyak mahasiswa yang merasa kampusnya hanya menjadi penjara bintang 5 bagi kehidupannya. Padahal, kehidupan yang tengah mereka jalani itu merupakan impian bagi sebagian orang seusia mereka lainnya.

Apa yang membuat mereka tersiksa dalam kemewahan status mahasiswanya? Jawabannya banyak. Tapi yang paling pasti adalah ketidakpastian apa yang mereka tuju. Maka janganlah heran jika banyak mahasiswa yang hidupnya tidak keruan: nongkrong-nongkrong di pinggir jalan sampai larut malam, ikut-ikutan demo padahal tidak mengerti persoalan dan akhirnya menyebarkan virus kepada mahasiswa baru yang masih polos. Modusnya adalah ‘loyalitas’.
Lalu, apa yang terbesit dalam pikiran anda tentang kuliah?

Banyak mahasiswa yang tidak mengerti apa yang sedang dijalaninya. Sebagian menjawab meneruskan tren sarjana dalam keluarganya. Ada yang menjawab supaya kekinian. Namun meski begitu ada pula mahasiswa yang memang telah memiliki definisi yang jelas tentang rutinitas utamanya itu.

Pengertian paling mendasar tentang kuliah adalah meng-upgrade ilmu. Tak ada bedanya antara kuliah dengan sekolah. Yang membedakan hanya sikap dan pemikiran kita yang merasa sudah lebih tumbuh, sehingga tak ingin lagi banyak diatur layaknya saat menjadi siswa. Hakikat ini harus selalu diingat. Agar, ketika kita mendapati diri kita terbawa jauh oleh arus pergaulan yang tidak kita harapkan, hakikat inilah yang akan membawa kita pulang-menuju jalan kebaikan yang membaikkan.

Hakikat Kuliah


Kita sering tidak sadar bahwa sewaktu-waktu jiwa kita terpisah dari tubuh kita; kita berjalan dengan hati dan pikiran yang hampa; tidak tentu apa yang kita tuju; melangkah dengan keresahan dan kebingungan. Sehingga, apa pun yang kita lakukan seperti tidak ada gunanya. Hal terburuk yang mungkin saja terjadi jika kita terus berada dalam kondisi tersebut adalah gila, jika tidak, mungkin ingin segera mengakhiri hidup.

Tak terkecuali dengan mahasiswa. Banyak mahasiswa yang merasa kampusnya hanya menjadi penjara bintang 5 bagi kehidupannya. Padahal, kehidupan yang tengah mereka jalani itu merupakan impian bagi sebagian orang seusia mereka lainnya.

Apa yang membuat mereka tersiksa dalam kemewahan status mahasiswanya? Jawabannya banyak. Tapi yang paling pasti adalah ketidakpastian apa yang mereka tuju. Maka janganlah heran jika banyak mahasiswa yang hidupnya tidak keruan: nongkrong-nongkrong di pinggir jalan sampai larut malam, ikut-ikutan demo padahal tidak mengerti persoalan dan akhirnya menyebarkan virus kepada mahasiswa baru yang masih polos. Modusnya adalah ‘loyalitas’.
Lalu, apa yang terbesit dalam pikiran anda tentang kuliah?

Banyak mahasiswa yang tidak mengerti apa yang sedang dijalaninya. Sebagian menjawab meneruskan tren sarjana dalam keluarganya. Ada yang menjawab supaya kekinian. Namun meski begitu ada pula mahasiswa yang memang telah memiliki definisi yang jelas tentang rutinitas utamanya itu.

Pengertian paling mendasar tentang kuliah adalah meng-upgrade ilmu. Tak ada bedanya antara kuliah dengan sekolah. Yang membedakan hanya sikap dan pemikiran kita yang merasa sudah lebih tumbuh, sehingga tak ingin lagi banyak diatur layaknya saat menjadi siswa. Hakikat ini harus selalu diingat. Agar, ketika kita mendapati diri kita terbawa jauh oleh arus pergaulan yang tidak kita harapkan, hakikat inilah yang akan membawa kita pulang-menuju jalan kebaikan yang membaikkan.

No comments