Halaman

    Social Items

Siang itu waktu seperti berjalan lebih lambat dari biasanya. Kami duduk dan berada dalam satu ruang yang sama. Saya membuka laptop sebagaimana yang saya lakukan saat berada di dalam ruang itu. Tapi siang itu saya tak melakukan apa pun, selain meneguhkan hati bahwa itu adalah hari terakhir saya berada di ruang itu.

Setelah 10 menit mematung dengan hati terus berbisik-bisik, akhirnya saya memberanikan diri menghampiri meja Pak Saad - mengungkapkan bahwa saya harus belajar dan berlatih lebih keras lagi di luar Islampos. Pak Saad pun memahaminya. Beliau memberikan sedikit wejangan sebelum kami mengakhiri perjumpaan terakhir itu dengan jabat tangan dan maaf-memaafkan.

1 Bulan yang Fantastic Bersama Islampos


Cinta pertama selalu sulit untuk dilupakan. Bagaimanapun, ia yang mengenalkan kita pada manis-pahitnya rasa cinta. Untuk pertama kalinya.

Mengawali tulisan ini, saya ingin menyampaikan rasa terima kasih saya kepada keluarga besar Islampos yang telah mengizinkan saya untuk menimba pengalaman yang fantastic. Dan siapa pun – dari keluarga besar Islampos - yang membaca tulisan ini, sampaikan salam rindu saya untuk semua orang di sana.

***

Islampos menjadi gerbang kecintaan saya pada dunia jurnalistik. Setelah sering gagal memenuhi kewajiban menulis 7 berita per hari, akhirnya saya memutuskan untuk mundur dari Islampos. Namun dengan kegagalan itulah ternyata Allah menumbuhkan saya.

Suatu hari muncullah ide membuat media online mandiri. Dalam pikiran saya waktu itu media online khusus bola. Namun karena tidak ada sumber daya manusia yang mendukung, akhirnya saya memutuskan untuk membuat media mindstream sejenis kompas.com, vivanews.com dan yang lainnya. Tim pertama waktu itu beranggotakan Kang Kustian, Wawan Maulana, Hani Wdiani dan Febi Vitria. Saya menyebutnya tim perintis.

Pertemuan perdana tim tersebut membahas banyak tentang pengalamanku saat magang di Islampos. Kemudian saya mengungkapkan maksud dan tujuan saya mengajak mereka membuat media online. Salah satunya sebagai ajang untuk melatih diri menjadi menjadi seorang jurnalis, karena memang semua anggota tim tersebut merupakan mahasiswa Jurnalistik.

Pertemuan kedua tim tersebut membahas visi/misi media sekaligus nama media yang akan kami bangun. Hati saya lumayan bergetar. Saya menatap langit dan berkata dalam hati, “Sebentar lagi saya dan orang-orang yang berkumpul di tempat ini akan menjadi orang-orang penting dalam media ini. Saya akan membayar kegagalan saya di Islampos dengan membuat media.”

Hingga tercetuslah nama bernasmedia dengan filosofi media yang bersumber dari berbagai media lain yang akan kami tulis ulang dengan angle berbeda. Karena saat itu posisi kami masih mahasiswa dan kami tidak mungkin liputan langsung untuk isu-isu tertentu yang jauh dari jangkauan kami.

Setelah disepakati, maka sebagai orang pertama yang memiliki minat membuat media tersebut, maka dibuatlah blog berflatform blogspot. Beberapa malam saya habiskan untuk mengurus blog yang menjadi cikal bakal bernasmedia, mulai dari tampilan, warna dan logo.

Namun sayang, setelah hampir dua minggu mengurusi benih bernasmedia itu, saya mendapati penyurutan minat dari orang-orang dalam tim perintis. Saya melihat Kang Kustian sibuk dengan skripsinya, begitu juga wawan yang merupakan aktivis kampus. Kemudian Hani yang telah menemui wahana baru dalam hidupnya: mengikuti kegiatan di luar kampus.

Kata Kita


Secara otomatis, keadaan itu membuat saya down. Beberapa hari saya menghentikan segala aktivitas yang berkaitan dengan blog, html, css, photoshop dan media.

Hingga akhirnya saya menceritakan itu kepada Feri, teman yang masih satu jurusan namun beda generasi. (Sory Bang Fey :D)

Islampos, Cinta Pertama yang Menumbuhkan (Bagian 2)
Logo Resmi Kata Kita 2016
Feri ternyata memiliki minat sama terhadap pembuatan media. Sejak dulu ia ingin membangun itu tapi belum menemukan SDM yang bisa dia ajak.

Karena berasal dari generasi 5 tahun sebelum saya, otomatis dari segi alur pemikiran Feri lebih rumit dari pada saya. Katanya kita harus memikirkan banyak hal sebelum membangun atau merintis sesuatu. Mulai dari tujuan, perencanaan, pengorganisasian hingga step by step dalam pelaksanaan. (Saya pikir ini orang lumayan sistematis juga otaknya, haha.. ternyata dia emang udah jauh lebih berpengalaman, khususnya dalam hal organisasi).

Akhirnya tercetuslah nama Kata Kita dengan tagline Design Your Life. Segmennya remaja dan pemuda. Kontennya segala hal yang bersinggungan dengan pengembangan diri remaja. 25 November 2015, Kata Kita resmi mulai mengorbit di dunia maya dengan domain www.kata-kita.com.

Oh ya, ada 1 personil yang antusiasmenya tak pernah surut. She is Febi. Dia yang paling rajin nanyain, “gimana atuh kelanjutan media online teh?”

Sejak resmi Ngonline, Kata Kita beranggotakan saya sendiri (Eki Baehaki), Febi Vitria Handayani dan Ferrial Anggriawan Samudera.

Sejak Kata Kita berdiri, minat saya dalam dunia jurnalistik perlahan tumbuh. Saya menjadi betah berada di kelas, di jurusan jurnalistik, karena saya tahu untuk apa semua yang saya pelajari di sana. Dan lebih dari itu, saya merasakan banyak hal baru, kemampuan baru dan pengalaman baru yang saya rasakan dalam satu tahun terakhir. Semuanya berawal dari Magang di Islampos. Namun pada hakikatnya inilah skenario Allah untuk menumbuhkan saya. Baarakallahu Lii wa lakum.. 

Islampos, Cinta Pertama yang Menumbuhkan (Bagian 2)

Siang itu waktu seperti berjalan lebih lambat dari biasanya. Kami duduk dan berada dalam satu ruang yang sama. Saya membuka laptop sebagaimana yang saya lakukan saat berada di dalam ruang itu. Tapi siang itu saya tak melakukan apa pun, selain meneguhkan hati bahwa itu adalah hari terakhir saya berada di ruang itu.

Setelah 10 menit mematung dengan hati terus berbisik-bisik, akhirnya saya memberanikan diri menghampiri meja Pak Saad - mengungkapkan bahwa saya harus belajar dan berlatih lebih keras lagi di luar Islampos. Pak Saad pun memahaminya. Beliau memberikan sedikit wejangan sebelum kami mengakhiri perjumpaan terakhir itu dengan jabat tangan dan maaf-memaafkan.

1 Bulan yang Fantastic Bersama Islampos


Cinta pertama selalu sulit untuk dilupakan. Bagaimanapun, ia yang mengenalkan kita pada manis-pahitnya rasa cinta. Untuk pertama kalinya.

Mengawali tulisan ini, saya ingin menyampaikan rasa terima kasih saya kepada keluarga besar Islampos yang telah mengizinkan saya untuk menimba pengalaman yang fantastic. Dan siapa pun – dari keluarga besar Islampos - yang membaca tulisan ini, sampaikan salam rindu saya untuk semua orang di sana.

***

Islampos menjadi gerbang kecintaan saya pada dunia jurnalistik. Setelah sering gagal memenuhi kewajiban menulis 7 berita per hari, akhirnya saya memutuskan untuk mundur dari Islampos. Namun dengan kegagalan itulah ternyata Allah menumbuhkan saya.

Suatu hari muncullah ide membuat media online mandiri. Dalam pikiran saya waktu itu media online khusus bola. Namun karena tidak ada sumber daya manusia yang mendukung, akhirnya saya memutuskan untuk membuat media mindstream sejenis kompas.com, vivanews.com dan yang lainnya. Tim pertama waktu itu beranggotakan Kang Kustian, Wawan Maulana, Hani Wdiani dan Febi Vitria. Saya menyebutnya tim perintis.

Pertemuan perdana tim tersebut membahas banyak tentang pengalamanku saat magang di Islampos. Kemudian saya mengungkapkan maksud dan tujuan saya mengajak mereka membuat media online. Salah satunya sebagai ajang untuk melatih diri menjadi menjadi seorang jurnalis, karena memang semua anggota tim tersebut merupakan mahasiswa Jurnalistik.

Pertemuan kedua tim tersebut membahas visi/misi media sekaligus nama media yang akan kami bangun. Hati saya lumayan bergetar. Saya menatap langit dan berkata dalam hati, “Sebentar lagi saya dan orang-orang yang berkumpul di tempat ini akan menjadi orang-orang penting dalam media ini. Saya akan membayar kegagalan saya di Islampos dengan membuat media.”

Hingga tercetuslah nama bernasmedia dengan filosofi media yang bersumber dari berbagai media lain yang akan kami tulis ulang dengan angle berbeda. Karena saat itu posisi kami masih mahasiswa dan kami tidak mungkin liputan langsung untuk isu-isu tertentu yang jauh dari jangkauan kami.

Setelah disepakati, maka sebagai orang pertama yang memiliki minat membuat media tersebut, maka dibuatlah blog berflatform blogspot. Beberapa malam saya habiskan untuk mengurus blog yang menjadi cikal bakal bernasmedia, mulai dari tampilan, warna dan logo.

Namun sayang, setelah hampir dua minggu mengurusi benih bernasmedia itu, saya mendapati penyurutan minat dari orang-orang dalam tim perintis. Saya melihat Kang Kustian sibuk dengan skripsinya, begitu juga wawan yang merupakan aktivis kampus. Kemudian Hani yang telah menemui wahana baru dalam hidupnya: mengikuti kegiatan di luar kampus.

Kata Kita


Secara otomatis, keadaan itu membuat saya down. Beberapa hari saya menghentikan segala aktivitas yang berkaitan dengan blog, html, css, photoshop dan media.

Hingga akhirnya saya menceritakan itu kepada Feri, teman yang masih satu jurusan namun beda generasi. (Sory Bang Fey :D)

Islampos, Cinta Pertama yang Menumbuhkan (Bagian 2)
Logo Resmi Kata Kita 2016
Feri ternyata memiliki minat sama terhadap pembuatan media. Sejak dulu ia ingin membangun itu tapi belum menemukan SDM yang bisa dia ajak.

Karena berasal dari generasi 5 tahun sebelum saya, otomatis dari segi alur pemikiran Feri lebih rumit dari pada saya. Katanya kita harus memikirkan banyak hal sebelum membangun atau merintis sesuatu. Mulai dari tujuan, perencanaan, pengorganisasian hingga step by step dalam pelaksanaan. (Saya pikir ini orang lumayan sistematis juga otaknya, haha.. ternyata dia emang udah jauh lebih berpengalaman, khususnya dalam hal organisasi).

Akhirnya tercetuslah nama Kata Kita dengan tagline Design Your Life. Segmennya remaja dan pemuda. Kontennya segala hal yang bersinggungan dengan pengembangan diri remaja. 25 November 2015, Kata Kita resmi mulai mengorbit di dunia maya dengan domain www.kata-kita.com.

Oh ya, ada 1 personil yang antusiasmenya tak pernah surut. She is Febi. Dia yang paling rajin nanyain, “gimana atuh kelanjutan media online teh?”

Sejak resmi Ngonline, Kata Kita beranggotakan saya sendiri (Eki Baehaki), Febi Vitria Handayani dan Ferrial Anggriawan Samudera.

Sejak Kata Kita berdiri, minat saya dalam dunia jurnalistik perlahan tumbuh. Saya menjadi betah berada di kelas, di jurusan jurnalistik, karena saya tahu untuk apa semua yang saya pelajari di sana. Dan lebih dari itu, saya merasakan banyak hal baru, kemampuan baru dan pengalaman baru yang saya rasakan dalam satu tahun terakhir. Semuanya berawal dari Magang di Islampos. Namun pada hakikatnya inilah skenario Allah untuk menumbuhkan saya. Baarakallahu Lii wa lakum.. 

2 comments:

  1. Saya masih muda lho!hehe
    Perjalanan menemukan tujua hidup dan passion memang selalu mendebarkan sekaligus menantang...

    ReplyDelete